Rabu, 09 Oktober 2013

Bias Hati

Keindahan wajah adalah anugerah. Tapi, wajah yang senantiasa berwudhu, dan mata yang selalu terjaga, tak bisa menyembunyikan keanggunannya. Karena di situlah tampak bias keanggunan hatinya.

Semua Bermuara Pada-Nya

Niat dan janji, meski hanya dalam hati tapi Alloh pasti mengetahui, inilah, mungkin ini ujian supaya berbuat sesuatu tak hanya setengah-setengah.

Sabtu, 07 September 2013

Let's Save 2

41 Keistimewaan Wanita

  1. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah SAW akan hal tersebut, jawab baginda: “Ibu lebih penyayang daripada bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia.”
  2. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 70 orang lelaki yang soleh.
  3. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis karena takut akan Allah SWT dan orang yang takut akan Allah SWT maka akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
  4. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barang siapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail AS.
  5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya maka akan tinggal bersama aku (Rasulullah SAW) di dalam syurga.
  6. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggung jawab, maka baginya adalah syurga.
  7. Dari Aisyah ra, “Barang siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.
  8. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
  9. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapakmu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.
  10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
  11. Wanita yang taat akan suaminya, maka semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama dia taat kepada suaminya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).
  12. Aisyah ra berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda, “Suaminya. “Siapa pula berhak terhadap lelaki?”Jawab Rasulullah SAW, “Ibunya.”
  13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana saja yang dia kehendaki.
  14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10000 tahun).
  15. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1000 kejahatan.
  16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan-Nya.
  17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya pada saat melahirkannya.
  18. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan dari susunya diberi satu kebajikan.
  19. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama-Nya.
  20. Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.
  21. Seorang wanita yang jahat adalah lebih buruk dari pada 1000 lelaki yang jahat.
  22. 2 rakaat shalat dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat shalat wanita yang tidak hamil.
  23. Wanita yang memberi minum susu (susu ASI) kepada anaknya maka akan dapat satu pahala dari pada tiap-tiap titik susu yang diberikannya.
  24. Wanita yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah dalam keadaan letih maka akan mendapat pahala jihad.
  25. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat isterinya dengan kasih sayang maka akan dipandang Allah dengan penuh rahmat.
  26. Wanita yang mendorong suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70000 malaikat dan bidadari. Dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat dari yakut.
  27. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari karena menjaga anak yang sakit maka akan diampunkan oleh Allah seluruh dosanya. Dan bila dia menghibur hati anaknya, Allah akan memberi 12 tahun pahala ibadah.
  28. Wanita yang memerah susu binatang dengan “bismillah” maka akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkahan.
  29. Wanita yang menguli tepung gandum dengan “bismillah” maka Allah akan berkahkan rezekinya.
  30. Wanita yang menyapu lantai dengan berdzikir maka akan mendapat pahala seperti meyapu lantai di baitullah.
  31. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.
  32. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadah pada malam hari.
  33. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun shalat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya maka Allah mengaruniakan satu pahala haji.
  34. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, maka dia akan dianggap sebagai mati syahid.
  35. Jika wanita melayani suami tanpa khianat maka akan mendapat pahala 12 tahun shalat.
  36. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup waktunya (2½ thn), maka malaikat-malaikat dilangit akan khabarkan berita bahwa syurga wajib baginya.
  37. Jika wanita memberi susu (susu ASI) kepada anaknya yang menangis, maka Allah akan memberi pahala satu tahun shalat dan puasa.
  38. Jika wanita memijit suami tanpa disuruh maka akan mendapat pahala 7 tola emas dan jika wanita memijit suami bila disuruh maka akan mendapat pahala 7 tola perak.
  39. Wanita yang meninggal dunia dengan keridhaan suaminya maka akan memasuki syurga.
  40. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah ibadah, maka akan mendapat pahala 80 tahun ibadah.
  41. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat. Tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang menutupi auratnya, yaitu memakai jilbab di dunia ini dengan istiqamah.

telah ditayangkan sebelumnya di http://mujahidinkekasihallah.wordpress.com

Jumat, 07 Juni 2013

Let's Save 1

Dari Situs Media Informasi Kantor Hadhrat Ustadz Ansariyan

Anak Unggul

Ada 3 kriteria anak unggul :

1. Anak yang taqwa, yaitu anak yang setiap perbuatannya selalu menginginkan keridhoan Allah Swt, senantiasa menyenangkan hati orang tuanya dan disukai siapa saja. Sebagaimana sebuah doa yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan :74, yang artinya :”Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.”
2. Anak yang cerdas, yaitu anak yang senantiasa mau belajar dan mencoba segala sesuatu serta yakin bahwa dia bisa dan tidak cepat menyerah.
3. Anak yang sehat, yaitu anak yang mau makan makanan yang halal dan baik (thayyib), menjaga kebersihan, cukup istirahat, dan olah raga.

Anak Unggul Era Islam

Pada era Islam kita mengenal sosok-sosok seperti Imam Syafi’i yang terkenal kefaqihannya, Abddullah bin Zubair yang sejak kecil tegar dalam membela kebenaran, mengerti batas antara bermain dengan belajar. Kita temukan pula Hasan dan Husen bin Ali bin Abi Thalib yang sangat santun di dalam menasehati orang, Abdullah bin Umar Abdul Aziz yang sangat berani menasehati seorang khalifah agar tidak menunda-nunda pengembalian hak kepada yang berhak menerimanya.

Bisakah anak unggul lahir dari ibu yang dalam menjalani Fungsi keibuannya “apa adanya” dalam mendidik anaknya? Tentu, saja tidak. Untuk bisa menghasilkan anak yang unggul diperlukan gambaran yang jelas hal-hal yang terkait dengan : anak kita mau kita jadikan apa, apa potensi anak kita, apa kelemahan anak kita, bagaimana mengembangkan potensinya, materi-materi apa saja yang urgen disampaikan, kapan diajarkannya, dengan cara seperti apa, bagaimana tehnik penyampaiannya dan lain-lain. Di sinilah letak pentingnya ibu senantiasa menimba ilmu baik ilmu-ilmu keislaman maupun ilmu gizi, ilmu perkembangan anak, psikologi anak. Ibu juga harus kreatif di dalam menciptakan berbagai cara dalam mengajarkan suatu hal pada anak, dalam mengatasi karakter buruk anak sehingga tercapai solusi yang pas, sehingga tidak memperparah keadaan. Sehingga dibutuhkan daya juang yang tinggi dari ibu tangguh untuk bisa meraih anak unggul. Dapatkah semua ibu menjadi ibu tangguh?Seperti apa? Apa syarat-syaratnya?

Memahami Potensi Ibu Untuk Tangguh

Siapapun yang memilik status ibu memiliki peluang untuk sukses dalam menjalani perannya sebagai ibu tangguh Karena Allah SWT telah memberikan potensi itu. Sudahkah ibu mengenal potensi diri? Marilah kita kenali lebih dalam potensi ibu. Dari penelaahan yang teliti, ditemukan dalam diri setiap manusia ada 3 macam potensi yaitu 1. Akal, 2. Kebutuhan-kebutuhan jasmani 3. Naluri-naluri.

Pertama, potensi akal (Aql). Manusia dibedakan dengan makhluk lain seperti hewan ataupun tumbuhan karena keberadaan akal ini dalam dirinya. Akal berfungsi untuk memahami sesuatu sehingga ia dapat menyimpulkan sesuatu baik itu benda ataupun perbuatan. Dengan akal ibu bisa berfikir terlebih dahulu sebelum berbuat sehingga bisa membedakan mana yang mubah (boleh), mana yang haram, makruh, sunnah serta yang mana yang wajib dilakukan. Banyak terdapat ayat-ayat Alqur’an yang berisi seruan agar manusia menggunakan akalnya. Dalam Alqur’an QS. Ar-Rum :22. Allah berfirman :”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui." Dalam surat yang lain Alllah berfirman:” Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari tulang sulbi dan tulang dada" (QS.At-Thoriq :5-6) dan juga dalam QS. Ali Imran : 190-191, QS. Al-Ghasiyyah : 17-20.

Kedua, Kebutuhan Jasmani (Hajatul Udhawiyyah). Dalam diri manusia termasuk ibu terdapat kebutuhan-kebutuhan jasmani seperti ingin makan, minum, buang hajat, tidur, istirahat. Karakteristik kebutuhan jasmani adalah munculnya dari dalam diri manusia itu sendiri. Manusia tidak pernah mengusahakan supaya bisa muncul rasa haus, lapar, ia akan muncul secara otomatis dari dalam tubuh. Ketika muncul rasa lapar atau haus misalnya maka akan mendorong manusia untuk memenuhi karena dalam jangka panjang bila tidak terpenuhi berakibat kematian. Sehingga pemenuhannya bersifat pasti.

Ketiga, Naluri-naluri (gharizah-gharizah) . Manusia dibekali 3 macam naluri yaitu naluri beragama, naluri mempertahankan diri dan naluri melestarikan jenis.

* Adapun penampakan naluri beragama adalah manusia ingin menyembah, mengagungkan ‘sesuatu’, merasa diri lemah dan serba kurang, merasa ada kekuatan ghaib yang menguasainya.
* Penampakan naluri mempertahankan diri antara lain : ingin diakui eksistensinya, ingin mempertahankan yang dimiliki, bekerja untuk bertahan hidup, cinta kekuasaan.
* Penampakan naluri melestarikan keturunan antara lain : ingin memiliki keturunan, tertarik dengan lawan jenis, cinta dan sayang anak, sifat-sifat keibuan dan kebapakan.

Naluri-naluri ini akan muncul dan mendorong manusia untuk memenuhi ketika ada pemicu atau perangsang dari luar tubuh manusia. Hanya saja ketika tidak terpenuhi maka tidak akan menyebabkan kematian. Ini yang membedakan dengan kebutuhan jasmani. Contoh seseorang perjaka, ketika melihat seorang gadis cantik maka muncullah naluri melestarikan keturunannya (muncul dari rangsangan luar bisa berupa fisik wanita itu sendiri, gambar-gambar porno, bacaan-bacaan, iklan TV dan lain-lain), maka ada keinginan untuk menikah. Karena kehendak Allah mungkin dia akan menemukan jodohnya dan menikah dan terpenuhi nalurinya. Tapi ketika tidak terpenuhipun karena memang belum bertemu jodohnya dan belum mampu, hal ini tidak berefek kematian pada orang yang bersangkutan. Islam menganjurkan agar berpuasa (lebih dekat dengan Allah agar terhindar dari berbuat maksiat), hal ini berarti mengalihkan naluri melestarikan jenis ke naluri beragama. Naluri-naluri ini selamanya tidak bisa dihilangkan dari dalam diri setiap manusia tapi bisa dialihkan seperti contoh di atas. Islam tidak mengajarkan supaya menghilangkan atau membungkam naluri, tetapi Islam mengatur pemenuhannya termasuk mengalihkannya.

Begitu juga peran sebagai Ibu, ini merupakan penampakan dari naluri melestarikan keturunan.

Disamping itu, ibu juga sudah memiliki kekuatan fisik. Subhanallah, seorang ibu kuat membawa anak dalam kandungannya, kemanapun ia hendak beraktivitas selama 9 bulan. Ibu juga rela bangun lebih dulu sekalipun tidurnya paling akhir karena ketika anaknya sudah tidur ia harus menyetrika, membaca buku untuk memperdalam dan menambah ilmunya. Seorang lbu juga tetap bisa melakukan kewajiban selain fungsi ibu pada waktu bersamaan seperti melayani suaminya, sholat. Ia melakukan pengajian, belanja untuk keperluan makan, mencuci dengan membawa anaknya. Sebagai penampakan dari naluri tadayyun, ibu ingin memiliki anak yang sholeh, orang-orang yang kuat keimanannya. Seorang ibu juga rela mengutamakan kepentingan anak daripada kepentingan dirinya.

Itulah potensi ibu untuk menjadi ibu tangguh yang telah diperoleh dari Allah secara cuma-cuma agar digunakan sebagai perangkat untuk mengabdi kepada-Nya. Potensi yang luar biasa itu sudahkah kita gunakan dan kita asah untuk mendidik anak ibu?

Ibu Tangguh

Pengertian ibu tangguh adalah Ibu yang mempunyai kepribadian Islam (Syakhkhshiyyah Islamiyyah) dan mampu menjalankan peran ibu. Ibu yang mempunyai kepribadian Islam akan selalu menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan di dalam berfikir dan berbuat. Ia juga memahami potensi dirinya dan mampu mengoptimalkan dalam rangka mencetak anak unggul. Untuk menjadi ibu tangguh juga harus mengetahui dan menguasai konsep pendidikan anak.
Ibu yang tangguh ketika hendak melakukan suatu perbuatan apapun ia akan berfikir terlebih dahulu dengan akal yang sudah dianugerahkan Allah. Dalam perenungannya ia merasa lemah dan serba terbatas, ia sendiri tidak tahu berapa jumlah rambut di kepalanya, ia tidak bisa mengendalikan detak jantungnya, ia tidak tahu berapa jumlah air yang dikonsumsi selama hidupnya? Ia tidak tahu kenapa ada perasaan sayang sama anak dan suaminya? Kenapa ada perasaan benci? Mengapa kita ingin memiliki? Kenapa ada rasa takut dalam dirinya ?, Kenapa harus ada rasa lapar dan haus? Kenapa dan masih banyak beribu-ribu kenapa yang tidak bisa di jawabnya. Memang, tidak hanya ibu itu tapi manusia lainpun tidak akan mampu menjawabnya kecuali hanya dugaan-dugaan. Apalagi dalam hal-hal yang ghaib. Bagaimanakah setan itu? Seperti apakah malaikat itu? Kapan hari kiamat itu? Manusia tentu tidak bisa menjawabnya.

Berdasar kesadaran akan kelemahan dan serba kurangnya yang ia peroleh dari proses berfikir (proses aqliyyah) itu, maka akan dihasilkan pola pikir Islam, maka ia menyerahkan pengaturan hidupnya kepada hukum dan peraturan Allah. Dimana Allah Maha Tahu yang terbaik untuk hamba-hambanya. Ia punya keyakinan bahwa tunduk pada aturan produk manusia hanya akan mendatangkan kesengsaraan. Allah berfirman : “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah : 216). Jadi ketika berfikir yang menggunakan akalnya selalu dilandasi dengan aqidah Islam yang dimilikinya, akan terwujudlah aqliyyah Islamiyyah (pola pikir Islam).

Ia akan selalu mencari tahu dengan proses berfikirnya (proses aqliyyah), Apakah perbuatannya dilarang Allah atau tidak. Kalau dilarang , maka akan ditinggalkan, jika boleh mungkin akan ia lakukan bila dibutuhkan. Sehingga tidak ada satupun baginya perbuatan yang bebas nilai. Suatu kaidah Syara : Setiap perbuatan manusia terikat pada hukum syara’ melekat dalam dirinya. Ia menyadari bahwa semua yang ada di dunia ini adalah makhluk ciptaan Allah, dan tujuan diciptakannya di bumi ini adalah beribadah kepada Allah. Ia akan hati-hati dalam menjalani kehidupan ini agar sesuai dengan kehendak Kekasihnya sekaligus Penciptanya. Ia juga yakin bahwa semua perbuatannya akan dimintai pertanggung jawaban kelak, baik yang ia lakukan sembunyi sembunyi maupun ketika dilihat orang. Semua tidak ada yang lepas dari pengawasan dan penglihatan Allah. Selalu terngiang-ngiang dalam ingatannya Firman Allah QS Ath Thur :21 yang artinya “Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakan”, QS. Almuddatsir :38, yang artinya :”Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya."

Ibu yang tangguh akan menggunakan akalnya untuk mengamati perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh anaknya. Bagaimana anak makan, minum, berbicara, bagaimana cara mengungkapkan rasa amarahnya, kegembiraannya, ekspresi wajahnya. Ia gunakan akalnya untuk menganalisa potensi yang dimiliki anaknya. Apakah anaknya punya rasa ingin tahu yang besar? Anak mudah menghafal, percaya diri, mudah adaptasi, aktif dan lain-lain. Ia juga berfikir keras tentang apa yang akan dilakukan dengan potensi yang dimiliki anaknya. Dengan akalnya dia juga akan membuat langkah-langkah perbaikan secara sistematis disertai dengan pemilihan cara dan penggunaan sarana yang tepat, sehingga ia tidak malas berfikir, selalu penasaran, banyak bertanya untuk kemajuan pendidikan anaknya.

Ibu yang tangguh ketika memenuhi tuntutan kebutuhan jasmaninya (makan, minum) maupun naluri-nalurinya (memiliki harta, memiliki anak), tak lepas pula ia mengikatkan dengan Aqidah Islam. Dari sini akan lahir apa yang disebut pola sikap Islam (nafsiyyah Islamiyyah) Misalnya dalam memenuhi salah satu naluri melestarikan jenisnya (gharizah nau’), ia mengkaitkan aktifitasnya dalam mendidik anak dengan keyakinanya (aqidahnya). Ia sadar bahwa anak adalah amanah dari Allah yang harus dipertanggung jawabkan, maka akan melahirkan sikap bahwa ia akan melakukan penjagaan terhadap anak tersebut dan akan mendidiknya sebaik-baiknya sebagai kehendak Sang Pemberi Amanah. Contoh nafsiyyah Islam yang lain adalah Ibu senantiasa berupaya sungguh-sungguh agar kebutuhan anaknya terpenuhi (gizi makan, minum dan lain-lain), ibu selalu menginginkan kehidupan anaknya menjadi sholeh, ingin anaknya memiliki prestasi yang membanggakan, ingin kehidupan anaknya lebih baik dari dirinya, ibu memiliki kasih sayang yang luas.

Proses pengkaitan antara dorongan yang muncul dari kebutuhan jasmani serta naluri ini disebut nafsiyyah Islamiyyah. Ibu yang memiliki pola pikir Islam (Aqliyyah Islam) dan pola sikap Islam (Nafsiyyah Islam) disebut berkepribadian Islam atau bersyakhshiyyah Islam.

Ibu yang beraqliyyah Islam, dalam menjalani step-step mendidik, mengarahkan anaknya selalu ia lekatkan dengan perintah robbnya dan akan mencari bagaimana Islam memberikan petunjuk di dalam mendidik anak usia dini. Ketika menjumpai anaknya berbuat salah, ia berfikir dulu sebelum mengambil sikap apapun. Ia cermati, kenapa si anak melakukan aktivitas yang menurut orangtua salah? Apakah perbuatan itu dia sengaja atau tidak, dia tahu apa tidak bahwa perbuatan itu salah, apakah fatal atau tidak akibatnya, apakah anak hanya meniru orang lain yang tanpa mengerti maksudnya?. Apakah ibu layak memarahi ketika ternyata perbuatan itu tidak disengaja oleh anak atau hanya meniru tanpa tahu maknanya? Misalnya anak berkata kotor saat masih balita. Pada anak usia dini, ia juga menyadari bahwa proses berfikir belumlah sempurna, tepatkah ibu menghukum anak dengan pukulan? Ibu yang tangguh akan berfikir bahwa belum waktunya kita memberikan hukuman fisik semacam pukulan karena ia tahu bahwa tuntunan hadits membolehkan orangtua menghukum secara fisik ketika umur anak mencapai 10 tahun, itupun ketika cara-cara lain sudah tidak mempan. Ia akan bertindak cukup dengan menjelaskan pada anak tentang efek tidak disenangi pada orang lain. Seberapa besarnya kesalahan anak usia dininya, dia akan cari solusi yang pas dan tidak melanggar hukum Allah, agar tidak berefek buruk pada anaknya kelak di kemudian hari.

Demikian pula ketika anak menghilangkan barang berharga seperti handphone. Ibu tangguh akan memilih bertanya kepada anak, kemana tadi HP di bawa? Hal ini memungkinkan masih bisa dirunut sehingga mungkin diketemukan dari pada marahin anak dengan berteriak-teriak, karena dengan marah tidak bisa HP kembali dan anakpun akan menerima pelajaran buruk yaitu marah bila dikecewakan orang nantinya. Ibu juga tidak akan menipu atau berbohong pada anak, karena hal itu tidak diperkenankan oleh Alloh. Ibu yang punya pola pikir Islam akan memahami apa saja yang dibolehkan dan yang tidak diperbolehkan saat mendidik anak.

Ibu yang beraqliyyah Islam dia akan memahami konsep Ibu di dalam Islam, bahwa Ibu merupakan pendidik pertama dan utama bagi anaknya, dan ini merupakan kewajibannya yang tidak digantikan oleh siapa pun. Ia juga akan mampu menghukumi fakta didasarkan pada aqidah Islam, misalkan air kencing anaknya yang belum makan selain ASI ketika mengenai bajunya. Ia juga tidak berupaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan dalam mendidik anaknya. Yah, ia akan jadi ibu yang tangguh, yang memiliki daya juang yang tinggi demi masa depan anak dan ummat manusia secara keseluruhan.

Senin, 15 Oktober 2012

Learning for Life

-->
Ibu dan 3 Karung Beras

Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang.
Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.
Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja di sawah.
Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibuya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut. Dan kemudian berkata kepada ibunya: " Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah". Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata : "Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa kesana".
Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya. Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh. Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya.
Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata : " Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran".
Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.
Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: "Masih dengan beras yang sama". Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : "Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna.
Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya".
Sang ibu sedikit takut dan berkata : "Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : "Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam- macam jenis beras". Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.
Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !".
Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: "Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis". Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak. Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: "Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi."
Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya. Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan ke sekolah.
Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: "Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu." Sang ibu buru- buru menolak dan berkata: "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini."
Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point.
Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.
Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata : "Inilah sang ibu dalam cerita tadi."
Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar.
Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata:
"Oh Mamaku..................

Kamis, 11 Oktober 2012

Tips

-->
Obat stress: Menyetrika!


Jadi seorang akhwat pasti tak terlepas dengan aktivitas menyetrika. Tidak sedikit akhwat yang menganggap bahwa menyetrika adalah kegiatan yang membosankan. Padahal, menurut Dep Shapiro , Pengajar meditasi dan penulis buku Be The Change, how meditation Can Transform You and the World, menyetrika dapat menjadi terapi meredakan stress. Sebab, ketika menyetrika kita menggerakkan benda secara berulang-ulang. Hal itu mirip dengan kegiatan meditasi. “Saat memfokuskan pikiran hanya pada apa yang sedang anda lakukan, maka aktivitas tersebut bisa membangun pikiran yang tenang, “ tegasnya. Nah jadi untuk akhwat sekalian, mulailah untuk menyukai aktivitas yang satu ini. Menyetrika hehe..
(Femina, 2012)

Sabtu, 17 Desember 2011

Analogi


Hidup jika diibaratkan matematika
Saat mengaerjakan soal atau dihadapkan pada persoalan kemudian ditemukan kesulitan, angka seolah tak dapat dihitung, padahal jika diteruskan akan ditemukan kesederhanaan unt menyelesaikan. Disitulah pilihan kita untuk tetap lanjut atau berhenti.